Lady Bird dan Hang the DJ

Di hari pertama taun 2018, gw dimanjakan dengan nonton dua film (satu di bioskop, dan satu lagi di TV) yang membuat gw bahagia dan ga bisa menahan untuk ga ngetik ini. Emang tahun baru rencananya ga kemana-mana sih, dingin bujubuneng bikin pingin kembar siam sama heater. -6 sampe -12 derajat celcius saja sodara-sodaraaa… Jadi gw dan Jesse leyeh-leyeh aja dan Netflix-an dan nonton film seperti biasa. Tapi ga disangka, dua-duanya favorit banget.

 

black-mirror-hang-the-dj-image1-600x200

Sumber: http://collider.com/black-mirror-hang-the-dj-ending-explained/

Hang the DJ
29 Dec, Netflix meluncurkan Season ke-4 serial Black Mirror. Kita udah nyicil nonton dari hari Jumat sih, antara penasaran karena seru banget sama dieman-eman soalnya ga mau cepet selesai juga #dilema Nah pas taun baru sampailah kita pada episode Hang the DJ, semacam dystopian dating alias tinder di level selanjutnya. Karakter utamanya Frank dan Amy bikin gw senyum-senyum sendiri. Amy menurut gw cantik kebangetan dan gerak-geriknya pinter sekaligus menggemaskan. Frank cenderung awkward dan polos, tapi bukankah kita juga gampang jatuh cinta sama type yang tulus dan agak rapuh begini? Singkat cerita, dipasang-pasangkanlah para partisipan dating app ini. Sebagai pelaku dating jaman now (walopun gw ga sampe ngalamin era tinder) dan hopeless romantic tingkat akut, gw meleleh sekaligus bisa relate banget sama episode Hang the DJ ini. Menurut gw, perkencanan itu seru karena disinilah kita mencoba (kadang memaksa) diri kita untuk berhubungan (kadang intim) dengan orang lain. Maka koneksi dan chemistry yang terbangun dari Frank dan Amy, juga dari koneksi mereka dengan pasangan yang lain membuat gw serasa diulang tahunin. Black Mirror paling jago bikin adegan-adegan yang futuristik sekaligus natural, lucu atau nakutin tapi drama.
Dan bukan Black Mirror kalo akhirnya selalu plot twist. Adegan terakhir, tatapan mata itu, setting bar dan soundtrack dengan lirik “Hang the DJ, hang the DJ, hang the DJ…” #tebaklagu adalah salah satu scene favorit gw dari sejarah pertelevisian dunia.

 

ladybird

Sumber: https://a24films.com/films/lady-bird

Lady Bird
Malemnya pergilah kita ke Alamo Drafthouse untuk nonton Ladybird. Udah pingin nonton dari lama sih, apalagi ada nama Greta Gerwig di balik layar. Film favorit gw taun 2012 adalah Frances Ha, dimana Gerwin jadi aktor utama sekaligus co-writer naskahnya. Frances Ha sukses membuat gw cirambay dan langsung sms sahabat gw: I want you to know that I luv you.
Anyway, Lady Bird bercerita soal gadis remaja di Sacramento (setengah biografi Greta Gerwig), dengan segala seluk beluk pertumbuhan, dinamika keluarga, sekolah dan kisah cinta. Lady Bird sendiri cukup vokal dan percaya diri untuk aktif di berbagai kegiatan sekolah dan ngajak ngobrol cowok yang dia suka. Dia cukup dekat dengan ayahnya, tapi sering berantem sama ibunya (yekan gw bisa relate banget ini). Plotnya cukup simple, tapi konfliknya banyak, didukung sama akting brilyan dari Saoirse dan Laurie Metcalf. Ada kesukaan gw juga, Lucas Hedges, walaupun perannya kecil, tapi adegan pas dia meluk Lady Bird, ambyaarrrlaaah air mataku.
Greta Gerwig juara ya, naskah Lady Bird ciamik, penuh dengan dialog-dialog lucu, on point tapi juga bikin banjir gw air mata. Segala aspek dramanya kena banget.
Di tengah film gw berenti sejenak ngunyah kentang goreng demi bisik-bisik ke Jesse “I looovee this movie so much.” Sampai detik terakhirnya pun, gw menikmati banget film ini, bagaikan Boyhood versi ceweknya.

Kebeneran nih, hari ini udah keluarlah daftar nominasi Oscar 2018. Hore ada Lady Bird di beberapa nominasi. Tentunya gw dukung Lady Bird jadi presiden!! Haha.. Tapi dari tahun ke tahun, tema film Lady Bird terlalu dangkal untuk menang The Best Picture. Gw rasa bakalan kayak Boyhood di tahun 2014, dinikmati banyak orang tapi akhirnya dikalahkan Birdman. Eh, mungkin juga kan Lady Bird menang, Birdman : Lady Bird, get it?