Missing Maps

photo

Hari Senin ini, yang belum sepenuhnya selesai, kesenangan datang dari iseng nyatronin acara Missing Maps di markas American Red Cross (ARC). Dan makan mie ayam setelahnya, karena kebetulan markas ARC dekat dengan restoran Indonesia, Bali Nusa Indah.
Semacam kejutan ga disangka-sangka di hari Senin, yang biasanya penuh dengan balas imel, meeting dan kegiatan kurang seksi lainnya. Walopun kalo baca tulisan Hanny ini, hari Senin rasanya penuh totalitas a la super hero.

Singkat kata, Missing Maps adalah proyek kolaboratif digawangi beberapa organisasi dimana siapa aja, asalkan punya komputer yang ada browser Safari atau Chrome plus koneksi internet, bisa ikutan mendijitasi daerah-daerah di dunia ini yang belum terpetakan. Program ini memungkinkan siapa saja, dengan latar belakang apa saja, bisa ikut menyumbang beberapa polygon untuk Open Street Map (OSM). Hari Senin ini Missing Map bikin acara maphaton untuk mengajak kita sukarela, rame-rame, metain Harare dan Rwanda sambil dengerin musik Ramones. Yup, Ramones masuk list yang bikin saya hepi hari Senin ini.
Ada mbak-mbak dari ARC yang dengan baik hati mengajari kalo kita kesusahan, karena ternyata ga gampang juga mengikuti petunjuk maphaton karena ada beberapa pilihan. Termasuk, ada beberapa pilihan muffin dan kopi juga. Kopi buat hari Senin (update: dan hari lainnya) udah masuk wajib hukumnya buat saya.

Sebagai #mapgeek, begitu tau ada Missing Maps saya melonjak gembira. Waktu itu saya langsung daftar, dan bertekad menyisihkan sejam per minggunya untuk klak-klik klak-klik bikin peta buat OSM. Tapi baru lima menit nyoba, saya udah mentok dan bingung ini harusnya gimana toh. Untung akhirnya tadi ikutan maphaton, jadi bisa lanjut deh.

Terlepas dari #mapgeek atau bukan, Missing Maps ini project buat siapa aja yang suka dijitasi. Sudah semenjak tahun lalu saya terkagum-kagum sama proyekan yang sifatnya kolaboratif, tidak mengenal jenis kelamin apalagi kepercayaan, dan tentu saja buat kenaikan derajat manusia dong. Kan seneng kalo misalnya suatu saat ada alien mampir ke bumi, mereka terkagum-kagum akan peta kita yang lengkap banget, sampe desa-desa terpencil aja dipetain.

Saya sangat-sangat tertarik akan proyek yang poros kekuatannya ada di sukarelawan. Seperti ada energi berlebih dari orang-orang yang dengan senang hati menyisihkan sedikit waktunya untuk membantu sesama. Tumbuh di Indonesia, dimana rata-rata kita masih berjuang bayar KPR/BTN, gotong royong dan sukarela rasanya cuman hidup di buku pelajaran PPKN. Rasanya saya lebih sering didekati untuk jualan baju muslim daripada diajak proyek yang menambah nilai buat sesama. Atau mungkin ini saya aja ya yang fashion statement-nya bukan baju muslim dan lebih tertarik pada kegiatan yang melibatkan komputer :D

Jadi, setelah kenyang makan mie ayam dan beres belajar Mapbox Studio, saya menyisihkan jatah klak-klik saya yang biasanya buat social media dan browsing teu puguh di internet buat Missing Maps. Terbukti lebih bikin hepi daripada baca soal demo hotel zodiak di Bandung dan berita lainnya yang cenderung bikin resah. Saya juga ga sabar nulis pengalaman berpartisipasi di Missing Maps. Karena missing maps lebih baik daripada officially missing you #kriuk.

2 thoughts on “Missing Maps

  1. Ping balik: Perempuan dan Peta | Langit, laut dan Doraemon

  2. Ping balik: Akhir-akhir ini | Langit, laut dan Doraemon

Tinggalkan komentar